Saya bernama Hotmauli Marpaung, dan saya telah divonis dokter mengidap HIV + dan AIDS. Idola saya adalah ayah saya sendiri, dia seorang tentara yang sangat saya kagumi. Cita-cita saya semenjak kecil adalah menjadi seperti ayah saya, seorang tentara.
Penglihatan saya mengalami gangguan, hal ini diketahui sewaktu saya SMA. Saya tidak pernah mau memakai kaca mata karena saya ingin sembuh. Karena saya tahu, jika penglihatan saya tidak jelas sudah pasti saya tidak bisa menjadi tentara akhirnya saya melampiaskan kekecewaan dan rasa frustrasi dengan mengkonsumsi narkoba.
Ketika ayah saya mengetahui bahwa anaknya memakai barang-barang haram itu, dia sangat sedih. Namun hal itupun tak bisa menghentikan kecanduan saya pada narkoba. Bahkan dengan jahatnya, saya mengelabuhi ayah untuk menuruti keinginan saya membeli putaw.
Saya bilang pada ayah, "saya benar-benar ingin berhenti pak. Tapi saya punya keinginan untuk membeli barang itu pak. Saya cuma ingin merasakan beli barang itu pak."
Ayah saya sering saya sakiti, barang-barangnya sering saya jual untuk membeli narkoba. Tidak berhenti disana, adik saya pun harus menderita bahkan pernah saya pukul supaya saya bisa mendapatkan apa yang saya mau. Disana saya sadar saya telah gagal menjadi seorang abang yang harusnya melindungi dan mengasihi ayah saya, namun saya tak bisa lepas dari kecanduan ini.
Hingga suatu malam, saya merasa ada sesuatu yang aneh dirumah saya. Akhirnya saya memutuskan untuk menginap dirumah teman saya. Namun entah bagaimana, hal itu diketahui oleh ayah. Saya diambil paksa oleh ayah dengan dibantu beberapa orang pria.
Saat itu saya berteriak-teriak pada ayah,"Saya mau dibawa kemana ini pak? Tolonglah, saya jangan dibawa pak...!"
"Ya udahlah li.. kau ikut saja.. baik-baiklah kau disana..." kata ayah saya sambil menangis.
Itulah cerita bagaimana akhirnya saya bisa berada dipanti rehabilitasi. Saya ditaruh disebuah ruang isolasi, dan sebuah rasa takut muncul dalam pikiran saya,"Apakah ini cara keluarga saya untuk membuang diri saya?"
Dari ruang isolasi saya dipindahkan keruang pembinaan, dan tidak ada kegiatan yang bisa saya lakukan selain membaca, jadi saya membaca Alkitab. Pada waktu pertama kali tidak ada sesuatu yang istimewa yang saya dapat dari firman Tuhan. Namun setelah beberapa hari, timbul dalam hati saya pertanyaan,"Apakah benar, fiman ini adalah firman yang hidup? Apakah benar segala perkara bisa saya tanggung didalam Dia? Pada waktu saya sakau, dan saya berteriak, apakah benar saya bisa mengandalkan Tuhan? Saya ingin mencoba itu, kalau memang benar kalau Dia adalah jawaban bagi hidup saya."
Hal itulah akhirnya yang membuat saya memegang firman Tuhan yang saya baca dalam menghadapi saat-saat sakau. Hingga suatu kali saat rasa sakit karena sakau itu menyerang, saya hanya bisa menyanyikan lagu ini,"Ajaiblah Tuhan, penuh kuasa. Sangup pulihkan keadaaan ku." Tiba-tiba saya merasakan sesuatu yang hangat mengalir pada tubuh saya. Disitu kesadaran akan dosa muncul dalam hati saya. Saya berdoa meminta ampun kepada Tuhan atas apa yang telah saya buat, dan saya merasa Tuhan itu begitu baik, karena hingga saat ini saya masih hidup. Selesai saya berdoa, saya merasa rasa sakit pada tubuh saya hilang. Pada saat itu saya sadar bahwa Tuhan itu begitu nyata.
Mulai hari itu, saya mulai mencari Tuhan sungguh-sungguh. Saya mau makan firman Tuhan itu dan tetap mau tinggal didalam Kristus. Secara tidak sadar, melalui firman Tuhan yang masuk dalam hidup saya, saya dibebaskan dari keterikatan pada narkoba. Kehidupan saya yang hancur dipulihkan, demikian juga dengan hubungan saya dengan keluarga. Kini saya bebas dari ketergantungan pada narkoba yang telah mengikat saya selama 14 tahun.
Walaupun saya divonis mengidap HIV + bahkan AIDS, saya dapat menerimanya karena kasih Tuhan yang memampukan saya. Tuhan Yesus adalah segalanya bagi saya, karena Dia adalah jawaban bagi hidup saya. (Kisah ini sudah ditayangkan pada 5 Oktober dalam acara Solusi Life di O'Chanel).
Sumber kesaksian:
Hotmauli Saksikan kisah selengkapnya pada video dibawah ini:
Sumber : V101006144012